Old Expectations/id
From Gospel Translations
Ketika Yesus memulai karyanya di bumi, ia memulai dengan “memberitakan injil kerayaan Allah” (Mat. 4:23). Kendati demikian, kita tidak mendapati dalam injil di mana Yesus menjelaskan arti kerajaan surga tersebut. Alasannya sederhana: Yesus tidak perlu menjabarkan apa yang dimaksud dengan kerajaan surga, karena para pendengarnya diwaktu Perjanjian Lama semua sudah terpelajar. Teka-teki bagi mereka adalah untuk mencari tahu bagaimana kedatangan Yesus itu sesuai dengan pengharapan sebagaimana yang tertulis dalam Perjanjian Lama. Itulah sebabnya kemudian Yesus berkata, “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya” (Mat. 13:52). Kerajaan Allah, atau kerajaan surga seperti yang disebut dalam injil Matius, adalah sesuatu yang lama dan yang baru. Ini adalah sebuah konsep yang seumur dengan penciptaan itu sendiri, namun dengan kedatangan Kristus, kerajaan Allah sudah datang ke dunia dengan cara yang sangat berbeda. Dalam tulisan ini, kita akan menelusuri akar dari Kerajaan Allah dan menyelidiki bagaimana kerajaan itu diperbarui dan dicapai dalam karya Yesus Kristus.
Kerajaan Allah bermula sejak penciptaan. Allah adalah raja atas segala yang telah diciptakannya, yang berarti bahwa Ia memerintah atas segala sesuatu di bumi di sekeliling kita. Ia berkuasa atas bintang-bintang di langit dan di planet, suatu kekuasaan yang digambarkan dalam kekuasaan sub-ordinasi yang dilakukan oleh matahari dan bulan secara bergantian pada waktu siang dan malam, musim dan tahun. Ia berkuasa atas bumi dan segala mahluk yang ada di dalamnya, suatu kekuasaan yang diberikan melalui mandat kepada Adam dan Hawa untuk memerintah atas ciptaan yang lebih rendah, memenuhi dan menaklukkannya untuk kemuliaan Raja di atas segala Raja, yang dari gambarNya mereka telah diciptakan. Di taman Firdaus, mereka diharuskan untuk taat pada Hukum Raja di atas segala Raja dan tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Bahwa manifestasi pertama dari pemerintahan Allah adalah saat “kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus”, yang disebut oleh Paulus sebagai inti dari Kerajaan Allah dalam Roma 14:17. Namun ketika Adam dan Hawa berbuat dosa, semua itu hilang. Pemerintahan Allah atas ciptaan ditantang dengan tindakan pemberontakan: kebenaran diganti dengan kejahatan, dan akibatnya adalah hubungan yang harmonis dalam damai sejahtera dan sukacita antara raja dan umatNya terputus.
Namun demikian, Allah tetap teguh untuk menciptakan kembali pemerintahanNya yang baik atas umat manusia. Untuk itulah maka Ia memanggil Abraham dari keturunan penyembah berhala dan menjanjikan untuk memberinya tanah di mana ia akan tinggal. Pada saat eksodus tersebut, Ia membawa keturunan Abraham keluar dari Mesir dan menyatakan bahwa mereka adalah harta kesayangan Allah sendiri: Israel akan menjadi kerajaan imam, bangsa yang kudus (Kel. 19:5–6). Allah akan menjadi gembala yang baik dan akan menggembalakan mereka di dunia, raja yang akan memerintah dengan bijaksana (Ulangan 17:15). Tuhan akan menjalankan kekuasaan tertinggiNya di seluruh dunia dengan kebenaran dan keadilan demi umatnya sendiri, Israel (Mazmur 99).
Dosa menghadang kekuasaan Tuhan atas Israel, sama seperti sebelumnya dosa menantang kekuasaanNya atas ciptaan. Umat pilihan Allah mau berontak terhadap Dia dan melanggar perjanjian, mencari ilah lain untuk menggantikan Tuhan. Raja-raja yang telah diangkat Allah untuk memimpin umatnya dalam kebenaran malahan menyesatkan mereka, membuat patung bagi mereka untuk disembah. Akibatnya, bukannya kebenaran, damai sejahtera dan sukacita yang dialami bangsa Israel melainkan kutuk perjanjian, dan mencapai puncaknya dengan pembuangan dari tanah perjanjian. Raja di atas segala raja meninggalkan istana kediamanNya di Yerusalem, dan membiarkannya tanpa penjagaan dari serangan musuh-musuhnya. (Yeh. 9–10).
Namun demikian, dosa manusia tidak akan pernah mendapat kata terakhir. Bahkan ketika Israel dan Yehuda sedang dibawa pergi untuk diasingkan, para nabi mengumumkan kepastian akan suatu permulaan yang baru, kerajaan yang baru yang akan dibangun di atas perjanjian baru (Jer. 31:31–33). Sebab sesungguhnya Allah akan menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru (Yes. 65:17), suatu ciptaan baru yang berarti kembali kepada damai sejahtera dan kemakmuran seperti di Taman Firdaus (Yes. 11:6–9). Tuhan akan mengangkat kembali umatnya dari tanah asing dengan eksodus baru, dan dari bekas tulang-tulang kering Ia akan membentuk Israel yang baru. (Yeh. 37). Umat yang baru ini akan dipimpin oleh seorang raja yang baru yang dipilih sesuai kehendak Allah sendiri (Yeh. 34:23–24) dan bahkan akan mengikutsertakan orang-orang lain bukan Yahudi (Yes. 2:2–4; 56: 6–7).
Namun, permulaan yang baru untuk kerajaan Allah ini tidak akan terjadi segera atau secara cepat. Bahkan setelah kepulangan dari pembuangan, umat Israel harus menghadapi peristiwa-peristiwa kecil, mencoba untuk bertahan hidup tanpa raja mereka (Zak. 4:10). Mereka diperingati melalui nabi Daniel bahwa kesudahan alam belum dekat. – masih akan ada perjalanan panjang dan sulit yang harus ditempuh sebelum pemerintahan Tuhan dan orang-orang sucinya dimulai. Kerajaan yang akan datang yang akan mengakhiri semua kerajaan di bumi hanya akan datang setelah waktu yang lama dan berbagai pencobaan dalam sejarah (Dan. 8) . Tahun-tahun pembuangan hanyalah bagian kecil dari masa pencobaan dan kesengsaraan, yang akan berlangsung tidak hanya selama tujuh puluh tahun akan tetapi tujuh puluh kali tujuh tahun (Dan. 9:24; bandingkan dengan Mat. 18:22). Kerajaan Allah akan dimulai dengan kerikil kecil yang kemudian akan bertumbuh menjadi gunung yang akan menguasai bumi (Dan. 2:34–35). Namun pada akhirnya, perlawanan manusiawi atau piritual apapun yang akan menghadangnya, kerajaan Allah pasti akan menang.
Ketika Yesus tiba dan memberitakan tentang kerajaan Allah, ia berbicara melawan latar belakang dari pengharapan-pengharapan Perjanjian Lama ini. Ia memberitakan tentang kedatangan pemerintahan Allah di bumi dengan cara yang baru dan nyata: Allah sendiri telah datang dan tinggal di antara manusia untuk mencapai misi abadiNya untuk memiliki umat kepunyaanNya. Kedatangannya akan membawa kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus (Luk 4:18–19). Kerajaan Allah telah muncul melalui kedatangan Israel baru, Yesus sendiri. Dalam injil Matius, silsilah Yesus menyatakan bahwa Yesus sebagai Israel baru, keturunan Abraham, anak Daud, anak seorang yang dibuang (Mat. 1:2–16).
Seperti Israel, Yesus pergi ke Mesir sebagai seorang anak kecil dan dibawa keluar dengan selamat dari sana (Mat. 2:13–15). Ia dibaptis dan menghabiskan empat puluh hari di padang gurun, sama dengan yang dialami oleh bangsa Israel (Mat. 3–4), sebelum naik ke gunung untuk memberikan Hukum Taurat kepada umatnya (Mat. 5). Kendati Israel gagal dalam pengembaraan di padang gurun, Yesus tetap taat. Yesus telah datang untuk menggenapi Hukum Taurat yang telah menghancurkan Israel (Mat. 5:17). Melalui kematian dan kebangkitannya, Yesus telah menyelesaikan suatu eksodus baru bagi umatNya, melepaskan mereka dari jerat dosa dan kematian (Luk 9:31). Di dalam Dia, umat Allah yang baru – yang mempersatukan bangsa Yahudi, orang Samaria, dan Bangsa-bangsa bukan Yahudi – menjadi suatu kenyataan (Yoh 4; Ef. 2:11–22). Di dalam Kristus, kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam kehadiran Allah sekali lagi terbuka untuk manusia.
Namun, sementara kerajaan Allah datang ke dunia melalui pribadi Yesus lebih dari dua ribu tahun yang lalu, perwujudan akhirnya tetap menjadi pengharapan kita di masa datang. Itulah sebabnya Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya untuk mendoakan kedatangan kerajaan sorga (Mat. 6:10) dan dengan setia menantikannya, kendatipun kedatangannya masih lama (Mat. 25). Pemerintahan Allah telah dimulai, membawa serta damai sejahtera dan sukacita bagi umatNya, tetapi kita belum melihat surga baru dan bumi baru yang diberitakan oleh para nabi. Dalam pengertian yang sangat dalam, dengan kedatangan Kristus, dan khususnya dengan kematian dan kebangkitanNya, pemerintahan atas dunia ini telah dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapinya (Wah. 11:15). Namun demikian, kita belum tiba di Yerusalem baru, yang mencakup Firdaus yang baru, yang membawa semua sejarah manusia ke kesudahan alam. Kendati kita belum bisa melihatnya, akhir dari cerita ini adalah pasti. Batu itu telah menimpa kaki dari sebuah struktur kekuatan zaman ini yang terbuat dari tanah liat dan sedang menuju kehancurannya menjadi debu (Dan. 2:34–35). Untuk semua kemuliaan dan bentuk kegagahan mereka, terdapat tulisan pada dinding mengenai raja-raja dan kerajaan dunia ini – kebinasaan mereka sudah pasti. Kerajaan Allah adalah satu-satunya kerajaan yang akan tetap selama-lamanya.
Untuk sementara, kita menantikan kedatangan kembali raja kita dari surga dengan pengharapan yang penuh semangat. Ia akan datang kembali membawa kepenuhan atas kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus yang merupakan hasil perjanjian dari pemerintahanNya. Ia akan berkuasa atas lautan, atas pria dan wanita dari segala suku, bahasa dan bangsa. Pertempuran yang meyakinkan telah dimenangkan, dan kemenangan telah dinyatakan melalui kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Di dalam Yesus, kerajaan Allah telah datang ke dunia, dan pemerintahanNya akan tetap untuk selama-lamanya.